Senin, 08 Mei 2017

Jika Tidak Pernah di Promosikan,Carilah Perusahaan Lain atau Berhenti dan Jadilah Pengusaha




Sabtu kemarin saya singgah ke kantor, tempat saya bekerja terakhir.Saya bertemu dengan beberapa sahabat lama dan saling melepas rindu.Kemudian saya di perkenalkan  dengan beberapa karyawan baru,yang masih muda-muda.The young guns ini bergabung  dengan perusahaan, lewat program Management Trainee.

Mereka kelihatan berbeda di banding karyawan lama,baik dari segi penampilan maupun dari tata bahasa, ketika mereka berbicara.Tongkrongan sebagian besar mereka, seperti Gustav Magnar Witzoe dan Alexandra Andresen,pengusaha-pengusaha muda yang terkenal itu.Bersih,rapi dan wangi.Dan kalau berbincang dengan mereka,saya rasanya pengin berlama-lama karena betah.Yang mereka perbincangkan lebih banyak manfaatnya dari mudaratnya,karena banyak ilmu dan informasi baru yang bisa saya peroleh dari mereka.

Perbedaan mereka dengan karyawan lama begitu jomplang,bak majikan dengan jongosnya.Karyawan lama berpenampilan seadanya,bahkan terkesan slenge’an.Kadang rambut dan pakaian tak rapi kala masuk kantor,macam pendaki gunung yang di selamatkan tim SAR setelah hilang tiga hari.Jarang berkaus kaki dan pakai parfum,sehingga aroma mushalla perusahaan seperti aroma TPST Bantargebang,ketika waktu shalat berjamaah tiba.

Sebagai salah satu mantan karyawan,saya mafhum dengan keadaan ini.Selain pengetahuan mereka yang minim tentang penampilan dan marketing,perekonomian juga berpengaruh terhadap keadaan mereka sekarang.Boro-boro beli aksesoris pelengkap penampilan dan wangi-wangian,untuk makan dan biaya sekolah anak saja kadang mereka ngutang di akhir bulan.

Pendapatan yang mereka yang UMP itu,tidak lagi mencukupi kebutuhan keluarga.Kondisi keuangan mereka berbeda dengan karyawan baru,yang mendapatkan salary dengan besaran bisa  tiga kali lipat lebih banyak.Ada ketimpangan yang muncul,yang bisa mengakibatkan kecemburuan.Tapi bagi yang melek tentang marketing,tentu mereka paham dengan perbedaan pendapatan ini.Sepanjang salary itu di tetapkan dengan parameter yang jelas,dan tidak berdasarkan like atau dislike,maka perbedaan itu bisa di terima.

Philip kotler menyatakan selalu ada diskriminasi di dunia marketing.Seorang Irfan Bachdim misalnya,tentu tidak boleh iri dengan pendapatan Lionel Messi ,walaupun mereka sama-sama pesepakbola.Value  La Pulga jauh berada di atas salah satu pemain andalan sepakbola Indonesia yang pernah bermain di liga Belanda itu.El-Barca yang merupakan klub Messi saat ini,mesti membayar mahal gaji yang bersangkutan agar tetap mau bergabung dengan klub.Karena dia adalah jaminan prestasi dan lumbung pendapatan klub.Kalau Barcelona tidak membayar lebih mahal,maka ada klub sepakbola kaya lainnya yang antri menunggu tanda tangan sang Messiah.Jika hal ini terjadi,maka tentu klubnya saat ini akan rugi besar.

Itulah yang di lakukan perusahaan itu sekarang.Mereka mencari orang-orang muda potensial untuk di ajak bergabung,dengan iming-iming karir yang jelas, gaji besar dan fasilitas ok.Tujuannya adalah untuk peningkatan kinerja perusahaan,yang belakangan mulai jeblok.Kedatangan karyawan baru ini bisa juga di harapkan perusahaan sebagai trigger,untuk karyawan lama agar terlecut motivasinya,sehingga kemudian mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik supaya tidak kalah bersaing dengan yang baru.Tentu hal ini bagus untuk kemajuan perusahaan.

***

Dulu ketika saya memutuskan untuk mengambil program pensiun dini,alasannya bukan takut bersaing dengan anak-anak muda yang enerjik itu.Jika terus bekerja,saya optimis bisa bersaing.Saya lebih mengenal perusahaan beserta seluruh aspek-aspeknya,dan saya yakin kemampuan dan wawasan saya tidak kalah dari mereka.Saya merasa diri saya serupa emas,yang selalu tetap berkilau dan berharga mahal,di manapun dia berada.

Alasan utama saya untuk pensiun adalah karena saya tidak punya waktu lagi untuk terus bertahan hanya untuk posisi asisten manager atau middle managerial,ketika jatah hidup berkurang dan pengeluaran terus bertambah.Dan saya tidak melihat tanda-tanda, dalam waktu dekat saya akan di promosikan sebagai top manager.Di tambah lagi rayuan teman yang sukses berwira usaha,yang selalu terngiang di telinga dan menarik serta menyentak diri ini untuk terlepas dari belenggu comfort zone,yang sebenarnya tidak nyaman itu.

Teman itu bahkan meminjamkan saya sebuah buku karya Jaya Setiabudi,yang berjudul the Power of Kepepet,sebagai bahan renungan.Buku yang bercerita tentang kemampuan dahsyat manusia,yang baru keluar ketika dia berada di posisi yang terjepit itu,cukup menggugah saya.Kisah-kisah inspiratifnya,seperti kisah Bil Gates yang berani menawarkan program komputer kepada IBM,walaupun sebetulnya program itu baru akan di cari dan di kerjakan,sangat menarik untuk di coba.Buku ini mencoba memprovokasi pembacanya,untuk tidak menunggu momen kepepet itu,melainkan menciptakannya.

Setelah membaca buku ini dan kemudian memohon petunjuk dari Yang Maha Esa lewat shalat Istikharah,saya kemudian mantap mengambil langkah untuk berhenti menjadi prajurit upahan,dan menetapkan hati untuk berlabuh di dunia ke- wira usaha-an.

Dunia itu membuka lebar-lebar sayapnya,dan berkata ‘’Welcome to the new world,my friend.’’



Pekanbaru,8 Mei 2017
Affan & Andi Syarmi

0 komentar:

Posting Komentar