Sabtu adalah hari pertemuan kedua yang saya jadwalkan dengan
Afan.Kami sepakat untuk kembali
berdiskusi, sambil ngopi di tempat yang sama dengan pertemuan yang pertama.Kami
memilh tempat ini untuk kedua kalinya,karena puas.Baik dari pelayanan,cita rasa
makanan dan minuman yang di sajikan,maupun dari harga yang di tawarkan ke
konsumen.
Ketika saya sampai di tempat tersebut,Afan sudah menunggu
dengan kopi dan makanan pembuka yang sudah terhidang di atas meja.Semenjak SMA
kami memang doyan ngopi sambil berdiskusi.Afan membuka percakapan,dengan
menginformasikan ke saya bahwa dia mulai merintis bisnis sendiri dengan membuka
toko yang menyediakan barang-barang harian.Toko ini bakal di jadikan Afan
sebagai pondasi untuk membangun bisnis berikutnya di bidang yang
lain.Cita-citanya adalah membangun sebuah korporasi,yang membawahi beberapa
unit bisnis.
Afan optimis untuk mewujudkan impiannya itu.Dia mempunyai
pengalaman selama puluhan tahun di perusahaan multinasional kelas dunia,dan
punya jaringan yang cukup luas.Di tambah dengan kerja keras,tekun menambah ilmu
untuk mengembangkan wawasan,dan berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa,Afan haqqul
yakin bakal sukses.
Kami kemudian terlibat obrolan menarik,tentang berbagai
topik.Salah satunya, tentang pengalaman Afan menjadi karyawan.
Sebetulnya Afan mempunyai sense of belonging yang sangat tinggi terhadap perusahaan,tempat
dia bekerja terakhir.Hal itulah yang membuatnya mampu bertahan selama hampir dua dekade.Afan hanya kecewa
dengan segelintir orang,di perusahaan itu yang merusak rasa tersebut.Afan tidak
sendirian,sebagian koleganya juga merasakan hal yang sama.Kekecewaan kemudian
menumbuhkan antipati terhadap perusahaan,yang kemudian berimbas terhadap kemampuan
bersaing perusahaan.
Mungkin ini yang membuat perusahaan itu tidak pernah menjadi
yang terbaik.Di bidangnya,beberapa produk andalan perusahaan itu gagal menjadi
pemuncak di negeri ini,kecuali hanya satu atau dua produk saja.Baik dari market
share maupun dari sisi top brand.Kalaupun ada satu- dua merk produknya di peringkat
teratas,kontribusinya terhadap total bidang bisnis itupun persentasenya hanya
belasan.
Padahal pemilik modal sudah menggelontorkan triliunan rupiah
untuk membangun infrastruktur dan memperkuat pondasi perusahaan.Yang menjadi
sorotan Afan adalah manajemen seperti lupa membentuk sumber daya manusia yang
tangguh.Para manager senior tidak lagi mempunyai insting yang kuat untuk
merekrut calon pemimpin perusahaan kelak,baik dari eksternal maupun
internal.Promosi karyawan lebih di dasari oleh penilaian subyektif,sehingga
menimbulkan demotivasi dari sebagian karyawan lain yang berkemampuan baik dan
sudah bekerja keras, tetapi tidak pernah di lirik.
Padahal menurut beberapa pakar kepemimpinan, dengan mempromosikan
dan menempatkan orang yang tepat, di bidang yang tepat pula,maka separuh dari
tujuan perusahaan sudah tercapai.Afan kemudian menyebutkan beberapa nama
koleganya kepada saya dan sekarang menempati posisi middle manager, yang menurutnya tidak layak menempati posisi
tersebut.
Mereka menurut Afan mempunyai wawasan dan kemampuan technical yang kurang memadai untuk
memangku jabatan manager.Mereka hanya punya kelebihan dalam bersosialisasi.Jika
kepada atasan,mereka melakukan pendekatan personal,seperti sering mengajak atasan pergi mancing dan main Play Station
bersama di waktu libur atau menyediakan diri untuk antar dan jemput anak
atasan,pergi dan pulang sekolah.
Mereka berharap dengan cara ini, jabatan mereka
langgeng.Karena semakin dekat hubungan personal dengan atasan,maka atasan akan
semakin segan untuk memberi sanksi jika mereka salah.Atau akan tetap
mempertahankan jabatan maupun mempromosikan mereka,karena si atasan merasa
berutang budi (kan,sudah ngantar anaknya pergi ke sekolah),walaupun sebetulnya
dari segi kemampuan mereka tidak layak
untuk itu
Sedangkan pendekatan kepada bawahan,adalah dengan memberikan
motivasi untuk melakukan apa saja untuk meraih Key Performance Indicator yang
di tetapkan manajemen perusahaan.Tetapi ketika bawahan terkendala,maka mereka
tidak memberikan solusi positif untuk meyelesaikan kendala itu.Bahkan kadangkala mereka menyuruh bawahan
untuk melakukan jalan pintas yang melanggar aturan, untuk mencapai tujuan
tersebut.Macam pelatih olahraga yang menyuruh atlitnya mengkonsumsi doping,untuk meraih medali emas.
Orang-orang seperti ini, serupa dengan ungkapan suku Minang
Kabau,”Bialah tanduak bakubang asal
muncuang lai makan.”
***
Jam di tangan saya sudah menunjukan pukul 4 sore,ketika Afan melanjutkan ceritanya.Saat
ini perusahaan tersebut, tampaknya menyadari keteledoran mereka selama
ini.Mereka mulai merekrut calon karyawan baru yang lebih qualified dan
memberhentikan karyawan lama yang tidak potensial.Walaupun mereka mesti
membayar salary yang lebih tinggi kepada karyawan baru,tetapi Afan percaya
bahwa hasil yang di terima perusahaan akan jauh lebih baik di banding dengan
mempertahankan orang lama.
Adalah sebuah fakta klub sepakbola semacam Real Madrid yang
mempunyai beban gaji tertinggi untuk
membayar pemain,tetapi mampu menjadi klub terkaya di dunia.Ketika para pemain
yang di bayar mahal dapat memberi kontribusi maksimal terhadap klub,baik dari
segi prestasi maupun dari sisi keuntungan klub.
Dan adalah fakta juga klub-klub gurem,macam Eibar di La Liga
yang anggaran tahunannya hampir sama dengan gaji Christiano Ronaldo
seorang,tidak pernah bisa naik kelas menjadi klub maju.ini menjadi bukti
membayar pemain dengan gaji standart,tidak akan membuat klub maju
pesat.Kontribusi dan kemampuan pemain akan sesuai dengan salary yang di
terimanya.Serupa dengan peribahasa,’’If
you pay peanuts,you get monkeys.’’
Mungkin fakta dari klub sepakbola tersebut yang mendasari
keputusan perusahaan yang pernah mempekerjakan Afan itu,untuk
berubah.Perusahaan harus tetap survive,dan
salah satu caranya adalah dengan menerima dan mempertahankan orang-orang
potensial,terutama yang muda-muda.Dan membuang orang-orang yang kelihatan
pintar dan tegas,tetapi sebetulnya goblok.Termasuk para manager senior,macam
mister Jeje yang suka mengincar wanita cantik dan mulus
yang notabene adalah bawahannya, untuk di jadikan ‘’Teman tapi mesra.’’
Walau punya sejarah yang kurang bagus di perusahaan
itu,tetapi Afan tetap mendoakan supaya mereka tetap ada dan berkembang di
negeri ini.Karena walau bagaimanapun,perusahaan itu pernah menjadi tumpuan
penghasilan Afan dan keluarga.Wawasan keilmuan Afan ,khususnya sales dan
marketing menjadi berkembang di sana.
Ketika waktu menunjukan jam 5 sore,kami sepakat untuk
mengakhiri pertemuan kali ini.Untuk pertemuan berikutnya, Afan mengundang saya
melihat tokonya dan melanjutkan ngopi di sana.
Pekanbaru,14 April 2017
Andi Syarmi
0 komentar:
Posting Komentar