Sabtu, 15 April 2017

If You Pay Fresh Meats,You Get Lions




Sabtu adalah hari pertemuan kedua yang saya jadwalkan dengan Afan.Kami  sepakat untuk kembali berdiskusi, sambil ngopi di tempat yang sama dengan pertemuan yang pertama.Kami memilh tempat ini untuk kedua kalinya,karena puas.Baik dari pelayanan,cita rasa makanan dan minuman yang di sajikan,maupun dari harga yang di tawarkan ke konsumen. 

Ketika saya sampai di tempat tersebut,Afan sudah menunggu dengan kopi dan makanan pembuka yang sudah terhidang di atas meja.Semenjak SMA kami memang doyan ngopi sambil berdiskusi.Afan membuka percakapan,dengan menginformasikan ke saya bahwa dia mulai merintis bisnis sendiri dengan membuka toko yang menyediakan barang-barang harian.Toko ini bakal di jadikan Afan sebagai pondasi untuk membangun bisnis berikutnya di bidang yang lain.Cita-citanya adalah membangun sebuah korporasi,yang membawahi beberapa unit bisnis.

Afan optimis untuk mewujudkan impiannya itu.Dia mempunyai pengalaman selama puluhan tahun di perusahaan multinasional kelas dunia,dan punya jaringan yang cukup luas.Di tambah dengan kerja keras,tekun menambah ilmu untuk mengembangkan wawasan,dan berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa,Afan haqqul yakin bakal sukses.

Kami kemudian terlibat obrolan menarik,tentang berbagai topik.Salah satunya, tentang pengalaman Afan menjadi karyawan.

Sebetulnya Afan mempunyai sense of belonging yang sangat tinggi terhadap perusahaan,tempat dia bekerja terakhir.Hal itulah yang membuatnya mampu bertahan  selama hampir dua dekade.Afan hanya kecewa dengan segelintir orang,di perusahaan itu yang merusak rasa tersebut.Afan tidak sendirian,sebagian koleganya juga merasakan hal yang sama.Kekecewaan kemudian menumbuhkan antipati terhadap perusahaan,yang kemudian berimbas terhadap kemampuan bersaing perusahaan.

Mungkin ini yang membuat perusahaan itu tidak pernah menjadi yang terbaik.Di bidangnya,beberapa produk andalan perusahaan itu gagal menjadi pemuncak di negeri ini,kecuali hanya satu atau dua produk saja.Baik dari market share maupun dari sisi top brand.Kalaupun ada satu- dua merk produknya di peringkat teratas,kontribusinya terhadap total bidang bisnis itupun persentasenya hanya belasan.

Padahal pemilik modal sudah menggelontorkan triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur dan memperkuat pondasi perusahaan.Yang menjadi sorotan Afan adalah manajemen seperti lupa membentuk sumber daya manusia yang tangguh.Para manager senior tidak lagi mempunyai insting yang kuat untuk merekrut calon pemimpin perusahaan kelak,baik dari eksternal maupun internal.Promosi karyawan lebih di dasari oleh penilaian subyektif,sehingga menimbulkan demotivasi dari sebagian karyawan lain yang berkemampuan baik dan sudah bekerja keras, tetapi tidak pernah di lirik.

Padahal menurut beberapa pakar kepemimpinan, dengan mempromosikan dan menempatkan orang yang tepat, di bidang yang tepat pula,maka separuh dari tujuan perusahaan sudah tercapai.Afan kemudian menyebutkan beberapa nama koleganya kepada saya dan sekarang menempati posisi middle manager, yang menurutnya tidak layak menempati posisi tersebut.

Mereka menurut Afan mempunyai wawasan dan kemampuan technical yang kurang memadai untuk memangku jabatan manager.Mereka hanya punya kelebihan dalam bersosialisasi.Jika kepada atasan,mereka melakukan pendekatan personal,seperti  sering mengajak  atasan pergi mancing dan main Play Station bersama di waktu libur atau menyediakan diri untuk antar dan jemput anak atasan,pergi dan pulang sekolah.

Mereka berharap dengan cara ini, jabatan mereka langgeng.Karena semakin dekat hubungan personal dengan atasan,maka atasan akan semakin segan untuk memberi sanksi jika mereka salah.Atau akan tetap mempertahankan jabatan maupun mempromosikan mereka,karena si atasan merasa berutang budi (kan,sudah ngantar anaknya pergi ke sekolah),walaupun sebetulnya dari segi kemampuan  mereka tidak layak untuk itu

Sedangkan pendekatan kepada bawahan,adalah dengan memberikan motivasi untuk melakukan apa saja untuk meraih Key Performance Indicator yang di tetapkan manajemen perusahaan.Tetapi ketika bawahan terkendala,maka mereka tidak memberikan solusi positif untuk meyelesaikan kendala  itu.Bahkan kadangkala mereka menyuruh bawahan untuk melakukan jalan pintas yang melanggar aturan, untuk mencapai tujuan tersebut.Macam pelatih olahraga yang menyuruh atlitnya  mengkonsumsi doping,untuk meraih medali emas. 

Orang-orang seperti ini, serupa dengan ungkapan suku Minang Kabau,”Bialah tanduak bakubang asal muncuang lai makan.”

***

Jam di tangan saya sudah menunjukan pukul  4 sore,ketika Afan melanjutkan ceritanya.Saat ini perusahaan tersebut, tampaknya menyadari keteledoran mereka selama ini.Mereka mulai merekrut calon karyawan baru yang lebih qualified dan memberhentikan karyawan lama yang tidak potensial.Walaupun mereka mesti membayar salary yang lebih tinggi kepada karyawan baru,tetapi Afan percaya bahwa hasil yang di terima perusahaan akan jauh lebih baik di banding dengan mempertahankan orang lama.

Adalah sebuah fakta klub sepakbola semacam Real Madrid yang mempunyai beban gaji tertinggi  untuk membayar pemain,tetapi mampu menjadi klub terkaya di dunia.Ketika para pemain yang di bayar mahal dapat memberi kontribusi maksimal terhadap klub,baik dari segi prestasi maupun dari sisi keuntungan klub.

Dan adalah fakta juga klub-klub gurem,macam Eibar di La Liga yang anggaran tahunannya hampir sama dengan gaji Christiano Ronaldo seorang,tidak pernah bisa naik kelas menjadi klub maju.ini menjadi bukti membayar pemain dengan gaji standart,tidak akan membuat klub maju pesat.Kontribusi dan kemampuan pemain akan sesuai dengan salary yang di terimanya.Serupa dengan peribahasa,’’If you pay peanuts,you get monkeys.’’

Mungkin fakta dari klub sepakbola tersebut yang mendasari keputusan perusahaan yang pernah mempekerjakan Afan itu,untuk berubah.Perusahaan harus tetap survive,dan salah satu caranya adalah dengan menerima dan mempertahankan orang-orang potensial,terutama yang muda-muda.Dan membuang orang-orang yang kelihatan pintar dan tegas,tetapi sebetulnya goblok.Termasuk para manager senior,macam mister Jeje yang suka mengincar wanita cantik dan   mulus yang notabene adalah bawahannya, untuk di jadikan ‘’Teman tapi mesra.’’

Walau punya sejarah yang kurang bagus di perusahaan itu,tetapi Afan tetap mendoakan supaya mereka tetap ada dan berkembang di negeri ini.Karena walau bagaimanapun,perusahaan itu pernah menjadi tumpuan penghasilan Afan dan keluarga.Wawasan keilmuan Afan ,khususnya sales dan marketing  menjadi berkembang di sana.

Ketika waktu menunjukan jam 5 sore,kami sepakat untuk mengakhiri pertemuan kali ini.Untuk pertemuan berikutnya, Afan mengundang saya melihat tokonya dan melanjutkan ngopi di sana.



Pekanbaru,14 April 2017
Andi Syarmi

0 komentar:

Posting Komentar