Sudah hampir seminggu ini di Pekanbaru,cuacanya sangat
panas.Infonya, suhu mencapai 34◦C.Tati tetangga saya mengeluh,dengan
kondisi begini dia repot,karena harus menutup seluruh tubuhnya dengan berbagai
macam aksesoris.Dari sweater sampai dengan penutup kepala lubang tiga yang
sering di pakai rampok dan copet ketika beraksi.Tati tidak ingin penampilannya
ternoda,gara-gara kulitnya belang terkena sengatan matahari.Bagi Tati
penampilan adalah numero uno.Pekerjaannya
sebagai SPG menuntutnya untuk menjaga penampilan.
Sebetulnya dengan menutup keseluruhan tubuh,Tati juga merasa
tidak nyaman .Suhu badannya menjadi naik,sehingga keringat bercucuran.Keringat
yang bercampur dengan bakteri yang nangkring di bulu-bulu tubuh akan
menimbulkan bau tak sedap.Untuk seorang SPG
yang di kelilingi banyak orang,aroma tubuh yang asam dan apek semerbak
itu , tentu sangat tidak di harapkan.
Ketika datang musim hujan,Tati juga mengeluh.Katanya bawa
kendaraannya jadi susah,karena kaca helm jadi kabur ,lantaran tepercik butiran
air hujan.Belum lagi di ciprati butiran lumpur dari armada roda empat yang
berada di depan kendaraannya.Riasan wajah dan dandanan bisa rusak karenanya.
Kondisi yang ideal bagi Tati adalah cuaca yang tidak panas,
tidak hujan ,jalanan yang tidak macet dan tidak ber-abu.Dia bisa bebas
beraktifitas,sesuai keinginannya.Tidak peduli hak dan kepentingan orang lain.Bagi
Tati, pusat dunia adalah dirinya.Segala macam situasi dan kondisi dunia harus
disesuaikan dengan kepentingannya.
Serupa dengan segelintir orang yang merasa dirinya orang
berkuasa karena mewakili suara orang banyak.Ketika ada aturan yang di anggap
mengkerdilkan dirinya dan organisasi tempat mereka bernaung,maka aturan-aturan
tersebut harus di rubah dan di sesuaikan dengan kehendaknya.Mereka mendompleng nama
rakyat untuk memuluskan urusan.Padahal sebagian besar rakyat kadang tidak
setuju dengan aksi yang mereka mainkan.
Maka terciptalah
kemudian sebutan’’ fun shoes’’. Yang kemungkinan semuanya hanya akal bulus.Supaya
kekuasaan tidak tergerus dan kepentingan berjalan mulus.
Atau macam pengusaha kaya yang main officenya di negara
lain,tapi mau membangkang terhadap peraturan negara tempat pabrik pengolahannya
berdiri.Negara itu mesti mengakomodir segala keinginannya.Bukankah dia telah
berinvestasi triliunan rupiah ?.Yang dengan investasi itu pengangguran
berkurang dan ekonomi di tempat tersebut menjadi bangkit.Tak peduli lahan yang
di lindungi rusak.Yang karena kerusakan itu bisa menimbulkan banjir,kekeringan
dan perubahan iklim yang ekstrim.Dan kemudian berdampak kepada masyarakat luas.
Maka kemudian berdemolah karyawan sepanjang jalan.Mereka
terintimidasi oleh berita PHK massal yang akan di berlakukan perusahaan.Tentu mereka
was-was akan kehilangan pekerjaan.Yang berarti kehilangan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan.Dan ujung-ujungnya
bisa di cuekin isteri dan tidak dikasih jatah malam jumatan.
Atau seperti demo para nelayan yang menuntut agar menteri
kelautan Susi Pujiastuti,di copot dari jabatannya.Karena menurut mereka, beliau
menyengsarakan nelayan Indonesia lewat berbagai keputusan dan
peraturan-peraturan yang di buatnya.Padahal menurut menteri Susi,semua itu di
berlakukan untuk keberdaulatan,keberlanjutan dan kesejahteraan nelayan
Indonesia.
Negara lewat KKP(Kementerian Kelautan & Perikanan),sudah
merumuskan berbagai langkah untuk mewujudkan 3 pokok kebijakan tersebut.Penenggalaman
kapal asing yang melakukan ilegal fishing,moratorium kapal-kapal besar eks
asing yang terbukti melakukan ilegal fishing dan tidak bayar pajak ,kemudian
melarang alih muat (Transhipment) di tengah laut,yang kerap di salah gunakan
dengan membawa langsung hasil tangkapan ikan ke luar negeri tanpa di laporkan ke
otoritas yang berwenang,serta melarang investasi asing di bidang penangkapan
ikan,namun membuka investasi asing itu sampai 100% di bidang pengolahan untuk
mendukung industri hilir,adalah wujud dari keberdaulatan laut Indonesia.
Kemudian untuk keberlanjutan,KKP melarang penggunaan alat
tangkap yang bisa merusak lingkungan dan habitat ikan serta mengancam
kelestarian stock ikan dan hasil laut,seperti trawl dan cantrang.Hasil dari
kebijakan keberdaulatan dan keberlanjutan laut, tentu akan menciptakan
kesejahteraan nelayan Indonesia.Ini terbukti dari indikator Nilai Tukar Nelayan
dan Nilai Tukar Usaha Nelayan terus meningkat.PDB sektor perikanan tumbuh 11%
dan penerimaan negara dari pajak juga meningkat di sektor ini.
Tetapi bagi sebagian orang aksi-aksi KKP ini tidak ada
artinya.Bagi mereka itu adalah pencitraan semata.Untuk kepentingan pemilu
berikutnya.Karena tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak mereka.Tetapi
sebetulnya mungkin saja dalam hati mereka
mengakui dan memuja.Namun ego,kepentingan dan pundi-pundi dunia menutup
hati dan membutakan mata.
****
Mbok ya,sekali-kali mikiri hak orang lain.Atau bersedia
mengalah untuk kepentingan yang lebih besar.Jangan melulu hanya think about our self only.Kadang
ungkapan ”Lamak dek awak katuju dek urang”(kita enak,orang lain bahagia),mesti
di aplikasikan dalam kehidupan.
Bagi organisasi yang mengemban amanah orang banyak misalnya,
kepentingan masyarakat harus di dahulukan di banding dengan kepentingan
organisasi dan pribadi.Jangan sampai amanah yang sudah di berikan,ternodai oleh
perbuatan –perbuatan yang bertolak belakang dengan yang di janjikan.
Seorang suami sebagai kepala keluarga dan penentu keputusan,kadang-kadang
harus mengalah kepada anak, ketika film Doraemon di putar di minggu pagi.Padahal
sang kepala keluarga pengin nonton Tinju dunia dan Moto GP dengan VR 46-nya.Ego
mesti di kesampingkan untuk kabahagian mereka. Atau hanya bisa pasrah ke-
isteri ketika film India dan Sinetron dangdut D,Academy tayang di televisi,Padahal
ILC juga sedang seru-serunya.
Bagi saya tak mengapa,sesekali memberikan kesenangan kepada
pasangan yang sudah berjasa besar untuk keluarga.Mulai dari bangun lebih pagi ,untuk
mempersiapkan kebutuhan suami dan anak-anak,masak dan beberes rumah,sampai
dengan tidur paling telat di malam hari untuk prepare kegiatan esok hari.Bahkan dimalam hari pun kadang tidur tak
nyenyak,karena di grepe-in suami yang
terdesak keinginan arus bawah.
Memang tidak semua orang peka terhadap hak dan kebutuhan
orang lain.Seperti Tati tetangga saya itu.Kadang saya berpikir,apakah semua
orang dengan nama Tati egois?.Tapi kemudian saya menepis anggapan tersebut,karena
ada teman saya,yang namanya juga Tati ,tetapi orangnya low profile,dan sangat
sabar.Walaupun kadang suka di “bully” oleh teman yang lain ketika ada acara
kongkow-kongkow bareng,Tati selalu senyum menanggapi candaan itu.Walaupun
senyumnya agak kecut,seiring dengan pertambahan usia dan garis-garis ketuaan di
wajah.Tapi senyuman itu mampu membuat suasana menjadi hidup dan penuh gelak
tawa.
Bagi Tati,teman saya ini, kebersamaan dan menyambung tali
silaturahmi lebih penting dari memperturutkan perasaan pribadi.
Pekanbaru,01 November 2017
Andi Syarmi